Selasa, 18 Juni 2024 21:57 WIB
BLORA (wartablora.com)—Bupati Blora Arief Rohman menginginkan setiap kecamatan di Blora memiliki agrowisatanya masing-masing. Keinginan ini tebersit saat dirinya berkunjung ke Agrowisata Girli Farm di Desa Sumberejo, Kecamatan Japah, Kabupaten Blora pada Selasa, 18 Juni 2024. Agrowisata ini tengah memanen buah melon. Dibuat oleh seorang pengusaha dengan modal tak kurang Rp700 juta, Bupati AR ingin konsep agrowisata yang dikembangkan tersebut diadopsi petani di kecamatan lain.
"Perkebunan melon modern milik Adi Latif Mashudi ini sangat inovatif, yakni berkonsep green house. Semoga bisa diterapkan di sejumlah kecamatan lain yang ada di Blora," katanya.
Untuk bisa diadopsi di kecamatan lain, Arief Rohman berharap wadah petani milenial yang digagas oleh pemilik agrowisata Girli Farm tersebut dapat mencetak petani-petani milenial lain yang menawarkan konsep yang sama dengan buah yang berbeda.
"Kalau perlu bagi para anak muda yang berminat untuk bergabung dengan komunitas petani milenial bisa dilatih. Selain buah nanti bisa juga padi organik, peternakan dan yang lainnya. Dari komunitas ini bisa tercipta klaster lain yang bisa dikembangkan di kecamatan-kecamatan lain," ujarnya.
Sementara itu pemilik Agrowisata Girli Farm, Adi Latif Mashudi mengatakan, perkebunan modern yang dikembangkan berkonsep green house dengan tanaman melon dengan berbagai variannya, seperti melon Kirani, Kinanthi maupun Adinda. Untuk membuat perkebunan modern ini, ia mengeluarkan biaya hingga Rp700 juta sebagai modalnya.
"Saya sudah nyelengi modal sejak dulu. Akhirnya saya dirikan ini. Biaya greenhouse dan lainnya lebih dari Rp 700 juta," ujarnya.
Dengan modal segitu ia dapat membuat 2 titik greenhouse. Dengan 2 greenhouse tersebut dirinya memulai mengembangkan agrowisatanya yang ia nama 'Agro Wisata Girli Farm' sebagai petani melon hidroponik. Semua ilmu hidroponik pun ia pelajari secara otodidak sambil berkonsultasi dengan dua rekan mantan kerjanya di Korea yang berkarier sebagai petani. Ia akui, keputusannya menjadi seorang petani hidroponik itu semakin membuat dirinya maju.
"Dengan 2.400 pohon melon dari seluruh greenhouse, masa tanamnya itu sebulan sekali, dan panennya satu bulan hingga dua bulan sekali," ucapnya.
Hasil panen sempat dikirim ke luar kota. Mulai dari Cianjur, Bogor, hingga Jakarta.
"Permintaan banyak. Dari Bali juga minta. Kebanyakan mintanya varietas Sweetnet, atau Kirani atau jenis Intanon," terangnya.
Dengan harga rata rata lokal Blora Rp 30 ribu hingga Rp35 ribu per kilogramnya tergantung jenisnya, setiap panen dirinya bisa mengantongi hingga puluhan juta rupiah.